Gapura – Sejarah candi borobudur | Candi budha terbesar di dunia |
Sejarah Singkat Candi Borobudur
Halo Gapura Reader, siapa pun tentu terpesona jika melihat betapa megahnya Candi Borobudur yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah ini. Susunan batu nan kokoh tanpa menggunakan semen sebagai perekatnya, membuat kita bertanya-tanya bagaimana cara mereka mendirikannya di masa lampau?
Bukan hanya menampilkan susunan candi batu biasa, di setiap dindingnya, terpahat relief yang menceritakan sejarah panjang kerajaan Buddha pada masa Dinasti Syailendra. Karena sarat nilai sejarahnya inilah, tak heran jika Candi Borobudur menjadi tujuan wisata bagi turis domestik maupun mancanegara.
Bagaimana sejarah Candi Borobudur ini? Simak informasi selengkapnya berikut.
Sejarah singkat Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan candi peninggalan umat Buddha terbesar di dunia. Candi ini dibangun di masa Dinasti Syailendra atau sekitar pada tahun 780-840 Masehi. Setelah selesai dibangun, Candi Borobudur sempat hilang dari peradaban karena tertimbun lava dan material lainnya yang diakibatkan oleh letusan Gunung Merapi.
Kemudian, pada tahun 1814, Candi Borobudur ditemukan oleh pasukan Inggris. Di bawah kepemimpinan Sir Thomas Stanford Raffles, area Candi Borobudur dipugar, dibersihkan dan diperbaiki. Proses pembersihan ini selesai secara menyeluruh pada tahun 1835.
Hingga saat ini, Candi Borobudur menjadi tujuan wisata yang patut dikunjungi ketika menyambangi Magelang, Jawa Tengah. Pernah hilang dan ditemukan kembali, membuat Candi Borobudur masuk ke dalam situs keajaiban dunia versi UNESCO.
Tiga zona di Candi Borobudur melambangkan fase kehidupan manusia
Secara keseluruhan, relief di Candi Borobudur terdapat 504 dengan sikap meditasi dan enam posisi tangan yang berbeda. Selain itu, di Candi Borobudur terdapat tiga zona berbeda yang masing-masing melambangkan fase kehidupan manusia.
Zona 1 Kamadhatu, yakni alam dunia yang terlihat dan sedang dialami oleh manusia sekarang. Kamadhatu terdiri dari 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat yang menggambarkan sifat dan nafsu manusia.
Zona 2 Rupadhatu, yaitu alam peralihan, yakni masa manusia yang telah dibebaskan dari urusan dunia. Rapadhatu terdiri dari galeri ukiran relief batu dan patung Buddha. Di zona ini terdapat 328 patung Buddha yang memiliki hiasan relief pada ukirannya.
Zona 3 Arupadhatu, yaitu alam tertinggi, rumah Tuhan. Dalam zona ini terdapat tiga serambi berbentuk lingkaran yang mengarah ke kubah di bagian pusat atau stupa yang menggambarkan kebangkitan dari dunia. Di zona ini tidak ada ornamen atau hiasan yang melambangkan kemurnian tertinggi.
Tiga museum di dalam Candi Borobudur
Bukan hanya bisa menikmati keindahan Candi Borobudur, di kawasan candi, kamu juga bisa menikmati tiga museum yang dapat kamu kunjungi secara gratis. Apa saja museum tersebut? Simak berikut ini.
1. Museum MURI/GUSBI (Galeri Unik dan Seni Borobudur Indonesia)
Museum MURI (Museum Rekor Indonesia) yang terdapat di dalam kawasan Candi Borobudur ini didirikan oleh Jaya Suprana, pada 27 Januari 1990. Di dalam museum ini, terdapat 1.300 koleksi rekor yang pernah dipecahkan oleh orang Indonesia. Bukan hanya koleksi rekor, ada juga galeri seni dan benda-benda unik yang dapat kamu nikmati di sini.
2. Museum Kapal Samudra Raksa
Tak jauh dari Museum MURI terdapat Museum Kapal Samudra Raksa yang berisikan kapal besar bernama Samudra Raksa. Samudra raksa berarti pelindung lautan. Disebut pelindung lautan karena kapal tersebut pernah mengarungi lautan dari Afrika hingga Indonesia. Jika kamu ingin memasuki kapal tersebut, kamu dikenakan biaya lagi sebesar Rp100 ribu per orangnya.
3. Museum Karmawibhangga
Didirikan pada tahun 1983, Museum Karmawibhangga atau Museum Borobudur berisikan artefak arkeolog yang ditemukan di sekitar kawasan Borobudur. Pemugaran besar-besaran di kawasan ini dilakukan pada tahun 1975 hingga 1982 dibantu oleh UNESCO.
Itu dia Sejarah dan peningalan bersejarah Candi Borobudur. Semoga informasi diatas bermanfaat.